BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan
adanya praktikum fisika dasar
II tentang Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel maka kami sebagai mahasiswa
fisika diharapkan mengetahui sifat pembiasan pada kaca plan paralel. Pembiasan
itu sendiri merupakan peristiwa
pembelokan cahaya atau sinar yang ditransmisikan dengan kemiringan tertentu
melalui batas antara dua medium dengan indeks bias yang tidak sama. Pembiasan
pada kaca plan paralel mengunakan kaca plan paralel yang mana kaca plan paralel
itu merupakan keping kaca tiga
dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Pada sinar yang datang dan yang dibiaskan atau
ditransmisikan dan garis normalnya, semua terletak dalam bidang yang sama. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca dengan
sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama,
saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca,
berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas
antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut
datang i' dan sudut bias r'. Pembiasan pada kaca serta bayangan yang dihasilkan
oleh lensa jika disinari oleh suatu sinar. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh
lensa tersebut, akan di selidiki sifat bias yang dimiliki oleh cahaya tersebut.
Oleh sebab itu perlunya dilakukan pratikum ini untuk menyelidiki sifat
pembiasan yang dihasilkan oleh kaca plan paralel dan menyelidiki sifat bias
yang dimiliki oleh kaca tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang diambil dalam praktikum ini yaitu :
ü
Bagaimana menyelidiki sifat
pembiasan pada kaca plan paralel?
ü
Apa saja sifat pembiasan pada kaca
plan paralel?
1.3. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menyelediki
sifat pembiasan pada kaca plan paralel.
1.4 Definisi Istilah
ü Pembiasan adalah refraksi atau pembelokan sinar pada
bidang batas dua medium yang berbeda rapat optiknya.
ü Kaca
plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya
dibuat sejajar.
ü Pembiasan
cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya.
ü Indeks
bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda.
ü Indeks
bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan
kecepatan cahaya di bahan tersebut.
ü Lensa adalah sebuah alat
untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya,
biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk.
ü Diafragma adalah
komponen dari lensa yang berfungsi mengatur
intensitas cahaya yang masuk ke kamera.
1.5.
Hipotesis
Pada praktikum kali ini saya mengajukan
hipotesis bahwa untuk menyelidiki sifat pembiasan pada kaca plan paralel dengan
cara melihat apabila indeks bias balok kaca lebih besar dari pada indeks bias
udara sehingga sinar yang dibiaskan menjauhi
garis normal nkaca> nudarah , yaitu nkaca>
1, sehingga semakin besar sudut yang dibentuk oleh sinar datang maka akan
semakin besar pula sudut bias yang terbentuk. Dan sifat pembiasan pada kaca
plan paralel, yaitu: sinar
datang dan sinar keluar pada kaca plan paralel akan sama, karena terletak pada
satu bidang datar.
1.6.
Tinjauan Pustaka
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa
cahaya berjalan menempuh garis lurus pada berbagai keadaan. Kenyataannya, kita
menentukan posisi benda di lingkungan kita dengan menganggap bahwa cahaya
bergerak dari benda tersebut ke mata kita dengan lintasan garis lurus.
Anggapan
yang masuk akal ini mengarah ke model berkas dari
cahaya. Model ini menganggap bahwa cahaya berjalan dalam lintasan yang
berbentuk garis lurus yang disebut berkas
cahaya. Sebenarnya, berkas merupakan
idealisasi; dimaksudkan untuk mempresentasikan sinar cahaya yang sangat sempit.
Ketika kita melihat sebuah benda, menurut model berkas, cahaya mencapai mata
kita dari setiap titik pada benda; walaupun berkas cahaya meninggalkan setiap
titik dengan banyak arah, biasanya hanya satu kumpulan kecil dari berkas-berkas
ini yang dapat memasuki mata si peneliti. Jika kepala orang tersebut bergerak ke satu sisi,
kumpulan berkas yang lain akan memasuki mata dari setiap titik.
Ketika
sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua
medium berbeda, seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya
tersebut dipantulkan dan memasuk medium kedua, perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan juga disebut pembiasan.
Pada gambar di
atas menunjukkan cahaya mengenai sebuah permukaan udara kaca yang rata. Sinar
yang memasuki kaca disebut sinar yang dipantulkan, dan sudut θ2 disebut sudut bias. Sudut bias lebih kecil dari sudut datang θ1 seperti ditunjukkan pada gambar. Jadi, sinar yang dipantulkan dibelokkan
menuju garis normal (Tipler, 1991: 446-447).
Konsep dasar pembiasan cahaya adalah Hukum Snellius yang terbagi menjadi dua
yaitu:
1. Hukum I
Snellius
berbunyi “
Sinar datang, sinar bias, dan garis
normal terletak pada satu bidang datar”.
2. Hukum II Snellius
berbunyi “ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
(misalnya: dari udara ke air atau dari udra ke kaca), maka sinar di belokkan
mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat
ke medium kurang rapat maka sinar di belokkan menjauhi garis normal”.
Ketika cahaya melintas dari
suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada
perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang
membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.
Sudut bias bergantung pada
laju cahaya kedua media dan pada sudut
datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara
eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626).
Hubungan ini dikenal sebagai hukum snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus
permukaan antara kedua media) n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas
datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak
lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1,
maka q2 >
q1, artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya
dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2 >
q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal. (Giancoli,
2001: 243-259)
Jika seberkas cahaya datang tegak lurus pada permukaan sekeping kaca,
bagian berkas cahaya yang datang pada keping kaca akan diteruskan tanpa berubah
arah (sudut datang sama dengan nol derajat). Berkas cahaya yang datang pada
prisma di sebelah atas akan mengalami pembelokan atau deviasi ke bawah. Besar
deviasi ini bergantung pada sudut puncak prisma dan indeks bias prisma. Dengan
cara yang sama, bagian berkas cahaya yang jatuh pada prisma di sebelah bawah
akan mendapat deviasi keatas (Sutrisno,
1979: 129-130).
Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah
permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda. Energi cahaya
tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan tersebut disebut pembiasan.
Saat cahaya masuk pada sebuah permukaan
yang memisahkan dua medium dimana laju cahayanya berbeda, sebagian energi
cahaya ditransmisikan dan sebagian lagi dipantulkan. Sudut pantul sama dengan
sudut datang q1 = q2
Sudut bias bergantung pada sudut datang
dan indeks bias dari kedua medium serta diberikan oleh hukum Snellius tentang
pembiasan
n1 sin q1 = n2 sin q2
dimana indeks bias
sebuah medium n adalah perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa c terhadap
laju cahaya di dalam medium tersebut v.
n= c/v
Jika cahaya berjalan dalam sebuah medium
dengan indeks bias n1 dan datang pada bidang batas dari medium kedua
dengan indeks bias yang lebih kecil n1=n2, maka cahaya
tersebut terpantul secara total jika sudut datangnya lebih besar dari sudut
kritis qc
yang diberikan oleh :
Bila sebuah gelombang cahaya menumbuk
sebuah antarmuka (interface) halus yang memisahkan dua material trasparan
(material tembus cahaya) seperti udara dan kaca atau air dan kaca, maka pada
umumnya sebagian gelombang itu direfleksikan dan
sebagian lagi direfraksikan atau ditransmisikan ke
dalam material kedua.
Segmen-segmen gelombang yang dapat di
direpresentasikan sebagai paket-paket sinar yang membentuk berkas cahaya.
Untuk sederhananya kita seringkali hanya menggambarkan satu sinar dalam setiap
berkas.
Kita menjelaskan arah sinar masuk, sinar
yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan ( yang ditrasmisikan) pada antar muka yang
halus di antara dua material optic sebagai sudut-sudut yang dibuat oleh
sinar-sinar itu dengan normal terhadap
permukaan tersebut di titik masuk. Jika antarmuka itu kasar, cahaya yang
ditransmisikan dan cahaya yang direfleksikan tersebut dihamburkan ke berbagai
arah, dan tidak ada sudut transmisi tunggal atau sudut refleksi tunggal.
Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah permukaan yang sangat halus dinamakan
refleksi spekular (spekular reflection), refleksi yang
dihamburkan dari sebuah permukaan kasar dinamakan difersi tersebar (diffuse reflection)
Indeks refraksi
dari sebuah material optik yang dinyatakan dengan n
memainkan peranan penting dalam optika geometrik. Indeks refraksi tersebut adalah
rasio dari laju cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam
material itu : n=
c/v
Cahaya selalu berjalan lebih lambat di dalam material daripada di dalam
ruang hampa, sehingga nilai n dalam medium apapun selain ruang hampa, n=1.
Karena n adalah rasio dari dua laju, maka n adalah bilangan murni tanpa satuan.
Laju gelombang v
berbanding terbalik dengan indeks refraksi n.
Semakin besar indeks refraksi dalam suatu material, semakin
lambat kaju gelombang dalam material tersebut (Young dan Freedman, 2003: 497- 499).
Ø
Pembiasan pada Kaca Plan Paralel
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah
keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar (lihat
gambar dibawah ini).
|
Kaca plan paralel atau balok kaca
adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar.
Berdasarkan gambar di atas,
cahaya yang mengenai kaca plan paralel akan mengalami dua pembiasan, yaitu
pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari
kaca plan paralel.
Pada
saat sinar memasuki kaca :
Sinar datang ( i ) dari udara
(medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r )
mendekati garis normal ( N ).
Pada
saat sinar keluar dari kaca:
Sinar datang ( i' ) dari udara
(medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r' )
menjauhi garis normal ( N )
Selain itu, sinar yang keluar dari
kaca palnparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula, dan besarnya
pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :
Keterangan :
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan pada percobaan kali
ini adalah :
ü Meja
Optik
ü Rel
Presasi
ü Pemegang
Slide diafragma
ü Bola
Lampu 12V, 18W
ü Diafragma
1 celah
ü Tumpukan
berpenjepit (3buah)
ü Balok
Kaca
ü Lensa
f = 100 mm bertangkai
2.2
Langkah Percobaan
Sebelum
melakukan percobaan, praktikan harus :
Ø Melakukan Persiapan Percobaan
a.
Alat-alat
yang diperlukan disusun seperti
gambar di atas, berurutan dari kiri, sumber cahaya, lensa,
diafragma, meja optik. Diletakkan kertas di atas meja optik kemudian tarik
dua garis berpotongan tegak lurus di tengah-tengah kertas dan diletakkan
balok kaca di atasnya. Lensa di pasang di sebelah
kiri celah. Dibuat jarak lensa 10 cm dari sumber cahaya. Diatur lampu sehingga filamennya pada
posisi tegak.
b.
Catu daya dihungkan ke sumber tegangan PLN. Pastikan catu daya
dalam keadaan mati.
tombol pemilih tegangan.
d.
Dihubungkan sumber cahaya ke catu
daya.
e.
Sumber cahaya dinyalakan, usahakan agar berkas sinar yang tampak di atas kertas setajam (sejelas)
mungkin. Jika perlu di dekatkan
meja optik ke lensa.
Ø Langkah Kerja :
a.
Buatlah garis-garis
bersudut 200, 300, dan seterusnya sampai sudut 600
dengan garis sumbu PQ pada kertas itu seperti gambar 2.
b.
Letakkan kaca plan
parallel dengan posisi seperti terlihat pada gambarr 3. Usahakan agar
pertengahan sisi kaca plan parallel tepat di titk O (perpotongan garis-garis
pada kertas)
c.
Putarlah kertas sehingga
sinar datang berimpit dengan garis yang bersudut 200 terhadap PO.
Dengan demikian sudut datang sinar (d) sama dengan 200
d.Tarik garis tepat pada
sinar yang keluar dari (meninggalkan) kaca plan parallel
e.
Singkirkan kaca plan
parallel dan buatlah garis normal n untuk mengetahui r’ (sudut sinar
meninggalkan prisma). Kedua garis itu berpotongan membentuk sudut D yang
disebut sudut deviasi. Ukurlah besar sudut r’ dan d serta catat ke
dalam table pada kolom hasil pengamatan
f. Ulangi
langkah b sampi e untuk sudut datang d yang lainnya.
2.3.
GAMBAR PERCOBAAN
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
Tabel Pengamatan
No
|
d
|
b (r)
|
r-1
|
Sin
d
|
Sin
b
|
n2
|
1
2
3
4
5
|
20º
30º
40º
50º
60º
|
10o
15o
20o
25o
30o
|
20º
30º
40º
50º
60º
|
0,34
0,5
0,64
0,76
0,86
|
0,17
0,25
0,34
0,42
0,5
|
2
2
1,8
1,8
1,8
|
3.2 Perhitungan
Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa telah dilakukan pratikum dengan menggunakan 5 sudut
datang, yaitu
20o, 30o, 40o, 50o, dan 60o. Dan melalui pratikum sudah didapat sudut
biasnya (b). Melalui persamaan
n1 sin d = n2 sin b
n2 = , dapat dicari harga indeks bias balok kaca (n2) dengan
indeks bias di udara (n1) =1
Ø Indeks bias pada saat d
= 200
Dik :
d = 200 , sehingga
sin d = 0,34
r
= 200, sehingga sin
b = 0,17
n1= 1
Dit : indeks bias
balok kaca (n2)....?
Penyelesaian :
n2 =
=
= 2
Ø
Indeks
bias pada saat d = 30°
Dik :
d = 300 , sehingga
sin d = 0,5
b = 150, sehingga
sin b = 0,25
n1= 1
Dit : indeks bias balok kaca (n2)....?
Penyelesaian :
n2 =
=
= 2
Ø
Indeks
bias pada saat d = 40°
Dik :
d = 400 , sehingga
sin d = 0,64
b = 200, sehingga
sin b = 0,34
n1= 1
Dit : indeks bias
balok kaca (n2)…..?
Penyelesaian :
n2 =
=
= 1,8
Ø
Indeks
bias pada saat d = 50°
Dik :
d = 500 , sehingga
sin d = 0,76
b = 250, sehingga
sin b = 0,42
n1= 1
Dit : indeks bias
balok kaca (n2)…?
Penyelesaian :
n2 =
=
= 1,8
Ø Indeks bias pada saat d
= 60°
Dik :
d = 600 , sehingga
sin d = 0,86
b = 300, sehingga
sin b = 0,5
n1= 1
Dit : indeks bias balok kaca (n2)….?
Penyelesaian :
n2 =
=
=1,8
Ø Perhitungan pergeseran
berkas sinar (t)
ü Pergeseran
berkas sinar (t),
pada saat sudut datang (i)
200
Diketahui : i = 200
r = 100
d = 2 cm
Ditanya : t....?
Jawab :
ü Pergeseran
berkas sinar (t),
pada saat sudut datang (i)
300
Diketahui : i = 300
r
= 150
d = 2 cm
Ditanya :
t....?
Jawab :
ü Pergeseran
berkas sinar (t),
pada saat sudut datang (i)
400
Diketahui : i = 400
r
=200
d = 2 cm
Ditanya :
t....?
Jawab :
ü Pergeseran
berkas sinar (t),
pada saat sudut datang (i)
500
Diketahui : i = 500
r
= 250
d = 2 cm
Ditanya :
t....?
Jawab :
ü Pergeseran
berkas sinar (t),
pada saat sudut datang (i)
600
Diketahui : i = 600
r
= 300
d = 2 cm
Ditanya :
t....?
Jawab :
trata-rata
3.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini,
menggunakan kaca plan paralel atau balok kaca. Balok kaca itu sendiri adalah
keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Sebelum
melewati kaca plan paralel, terlebih dahulu cahaya yang berasal dari sumber
cahaya melewati lensa dengan f=100 mm. setelah itu diteruskan melewati
diafragma 1 celah. Hal itu berfungsi untuk memusatkan cahaya pada satu celah
guna untuk mempermudah melihat efek pembiasan pada kaca plan paralel.
Pada percobaan ini balok kaca berada di
letakkan diatas meja optik. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca
dengan sudut datang d dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama, saat
melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan
dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca dan
udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang r dan sudut bias r'.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
bahwa besar sudut datang pertama tidak sama dengan sudut biasnya. Tampak bahwa
berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari
balok kaca, namun keduanya tampak sejajar, walaupun sebenarnya mengalami
pergeseran. Pergeseran yang terjadi disebabkan oleh pengaruh dari ketebalan
balok kaca.
Hal ini sesuai dengan Hukum II Snellius:
berbunyi “ Jika sinar datang dari medium
kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udara
ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika
sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka
sinar di belokkan menjauhi garis normal ”.
Dalam percobaan ini kami menggunkan
sudut datang (d) 200, 300,400,500,600,
dan mendapatkan sudut biasnya r (b) 100, 150, 200,
250, 300. untuk indeks bias udara yaitu 1. Sedangkan
untuk indeks bias kaca, kami menggunakan hukum
Snellius. Dimana rasio dari sinus θd
dan θb yang diukur dari
normal terhadap permukaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks.
Atau
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa θd (sudut datang) berbanding lurus
dengan sudut bias (θb). Untuk indek bias kaca pada sudut datang 200
dan 300, n2 yang didapat yaitu 2. Sedangkan pada sudut
datang 400, 500, dan 600 kami mendapatkan n2
yaitu 1,8.
Dari
perhitungan, harga n2 (indeks bias kaca) tidak begitu sama persis
dengan n2 pada kaca yang sesungguhnya, yaitu 1,5. Hal ini bisa
terjadi mungkin disebabkan beberapa faktor antara lain :
1.
Adanya getaran
meja (sebagai tempat bertumpu alat), yang disebabkan oleh pratikan yang kurang
berhati-nati dalam melakukan praktikum.
2.
Dalam
pengukuran sudut dengan menggunakan busur tidak terlalu tepat.
3.
Kurang teliti dalam melakukan
perhitungan.
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh arah sinar datang sejajar dengan
arah sinar yang meninggalkan kaca plan paralel, akan tetapi terjadi pergeseran
berkas sinar. Pergeseran berkas sinar tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Ket : d= tebal balok kaca (cm)
t= pergeseran berkas sinar (cm)
Untuk masing-masing sudut yaitu 20°, 30°, 40°,
50°, 60° didapatlah masing-masing besar pergeseran sinar (t) yaitu 0,34 cm, 0,52 cm, 0,73 cm, 0,93 cm, dan 1,1 cm. Dan didapatlah trata-rata sebesar 0,724 cm.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa
semakin besar sudut datang maupun sudut pantul maka pergeseran berkas sinar
semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena sudut datang dan sudut bias
berbanding lurus dengan pergeseran berkas sinar.
Dari percobaan yang telah dilakukan, di
dapatlah Grafik Hubungan Antara Sinus d
dan Sinus b :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
·
Indeks bias balok kaca
lebih besar dari pada indeks bias udara sehingga sinar yang dibiaskan
menjauhi garis normal. nkaca>
nudarah , yaitu nkaca> 1.
·
Semakin
besar sudut yang dibentuk oleh sinar datang maka akan semakin besar pula sudut
bias yang terbentuk.
·
Jika seberkas cahaya
memesuki kaca plan parallel (medium yang berbeda) maka sinar tersebut akan
dibiaskan. Pembiasan yang terjadi akan sesuai dengan hukum Snellius 2 yaitu : “
Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya:
dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati
garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium
kurang rapat maka sinar di belokkan menjauhi garis normal.”
·
Indeks bias suatu
medium dapat dihitung melalui persamaan
Dengan, n1 = indeks
bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
θ1 = Sudut datang
θ2 =
Sudut bias
4.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini
adalah :
·
Sebelum melakukan
praktikum, pratikan harus mempelajari dan memahami dahulu materi yang akan
dipraktikumkan, serta membaca dan memahami
buku panduan yang berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan pada
waktu itu. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan praktikum tidak kesulitan untuk
melakukan praktikum dan agar praktikum berjalan dengan lancar.
·
Hendaknya
praktikan berhati-hati dalam melakukan percobaan
·
Bertanya kepada Asst
Dosen apabila terdapat permasalahan yang kurang dimengerti
DAFTAR PUSTAKA
Giancolli.
2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno.
1979. Fisika dasar seri listrik magnet dan termofisika listrik. Bandung:
ITB.
Tipler, Paul. 1991. Fisika Untuk
Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Young,
Hugh. 2003. Fisika Universitas Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
http://fisikasemesta.blogspot.com/2011/03/pembiasan-cahaya-pada-kaca-plan-paralel.html
(18 April 2012).