MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A.
Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
Pendekatan
pembelaajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pendangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu :
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada guru (teacher centerd
approach).
Komalasari
(2008) mengelompokkan pendekatan pembelajaran ke dalam pendekatan kontekstual
dan pendekatan konvensional/tradisional. Pendekatan kontekstual menempatkan
siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peran guru.
Pendekatan
pembelajaran kontekstual diturunkan ke dalam beberapa strategi pembelajaran.
Ditjen Dikdasmen (2003: 4-8) mengelompokkan 7 strategi pembelajaran
kontekstual, yaitu (1) belajar berbasis masalah (problem-based learning), (2) pengajaran autentik (authentic intruction), (3) belajar
berbasis inquiri (inquiry-based learning),
(4) belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning), (5) belajar berbasis kerja (work-based learning), (6) belajar jasa
layanan (servise learning), (7)
belajar kooperatif (cooperative learning).
Strategi
pembelaajran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelaajran tertentu. Metode pembelaajran dapat
diartikan sebagai cara yang sering digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa materi yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : (1) ceramah, (2)
demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman
belajar, (7) brainstorming, (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya,
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Sedangkan Taktik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelaajran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
Untuk
dapat melaksanakan tuganya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
B.
Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Siswa
terlibat dalam menyiliki untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan
keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pembelajaran. Strategi ini
mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesa, dan
mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. (Depdiknas, 2003: 4).
Model-model
pembelajaran berbasis masalah meliputi :
1.
Problem-based
Introduction (PBI), problem-based
Introduction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mangajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah
:
a. Guru
menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan alat pendukung yang
dibutuhkan.
b. Guru
menetapkan topik,tugas, jadwal, dan sebagainya.
c. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
d. Guru
membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai.
e. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap eksperimen.
2.
Debate,
debate merupakan salah satu model
pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.
Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.
Langkah-langkah
:
a. Guru
membagi 2 kelompok peserta debat yang pro dan yang kontra.
b. Guru
memberikan tugas untuk membaca materi yang akan dibedatkan.
c. Setelah
selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d. Sementara
siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti dari setiap pembicaraan sampai
mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
e. Guru
menambahkan konsep yang belum terungkap.
f. Guru
mengajak siswa membuat kesimpulan.
3.
Controversial
Issues, isu kontroversial adalah sesuatu yang
mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh
arang atau kelompok lain (Muessig, 1975: 4).
Langkah-langkah
:
a. Guru
menyajikan materi yang mengandung isu kontroversial.
b. Guru
mengundang berbagai pendapat disertai argumentasi dari siswa mengenai isu
tersebut.
c. Isu
kontroversial yang sudah dapat diidentifikasi menjadi bahan diskusi.
4.
Example
Non-Examples, membelajarkan kepekaan siswa
terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh
berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk
mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan
cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.
C.Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajran
kooperatif (cooperative learning) merupaka strategi pembelajarn memlalui
kelompok kecil siswa yang paling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajaruntuk mencapai tujuan belajar. Sehubung dengan pengertian tersebut,
Johnson, et al., 1994; Hamid Hasan, 1996, menegaskan bahwa belajar kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok. Model-model pembelajaran kooperatif
meliputi:
1.
Numbered
Heads Together (Kepala Bernomor) dari Spencer Kagan (1992)
Model
pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor kemudian di buat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa:
Langkah-langkah
pembelajaran:
a. Siswa
di bagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b. Guru
memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakan/mengetahui jawabannya.
d. Guru
memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang di panggil melaporkan hasil
kerja sama mereka.
e. Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f. Kesimpulan.
2.
Cooperative
script (skrip kooperatif) dari densereau CS (1985)
Metode
belajar di mana siswa bekerja berpasangan, dan secar alisan bergantian
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang di pelajari.
Langkah-langkah
pembelajaran:
a. Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru
mebagi wacana/materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ringkasan.
c. Guru
dan siswa menetapkan siapa nama yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara
membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasan.
e.
Sementara pendegar
menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap da membantu
mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya.
f.
Bertukar peran, semula
menjadi pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan
seperti di atas.
g.
Kesimpulan siswa
bersama-sama dengan guru
h. Penutup.
3.
Student Team Chievement Divisions (STAD) (Tim Siswa
Kelompok Prestesi) dari Slavin (1995)
Model
pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen. Kemudian siswa yang
pandai menjelaskan pada naggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah
pembelajaran;
a.
Membentuk kelompok yang
beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jeni
skelamin, suku, dll)
b.
Guru menyajikan
pelajaran.
c.
Guru memberikan tugas
kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang
sudah mengerti dapat menjelaskan Pda anggota lainnya sampai semua anggota
kelompok itu mengerti.
d.
Guru memberikan
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
e.
Memberi evaluasi.
f.
Kesimpulan.
4. Think Pair and Share
(Frank Lyman, 1985)
Strategi
think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbag merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Guru menggunakan
langkah-langkah (fase) berikut:
Langkah
1: berfikir (thinking)
Guru
mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakakn waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban
atas masalah.
Langkah
2: berpasangan (pairing)
Selanjutny
guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika
suatu pertanyaan yang diajukan gagasan suatu masalah khusus yang
diidentifikasikan.
Lankah
3: berbagi (sharing)
Pada
langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
yang telah mereka bicarakan.
5.
Jigsaw
(Model Tim Ahli) dari Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp (1978)
Pada
dasarnya dalam model ini guru membagi
satuan informasi yang besar mejadi kompone-komponen lebih kecil.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri
dari 4 orang siswa sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a.
Belajar dan menjadi
ahli dalam subtopik bagiannya,
b.
Merencanakan bagaimana
mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota semula.
Setelah
itu siswa tersebut kembali lagi kekelompok masing-masing sebagai “ahli” dala
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya.
Langkah-langkah
pembelajaran:
a.
Siswa dikelompokkan
kedalam = 4 anggota tim.
b.
Tiap orang dalam tim
diberi bagian materi yang berbeda.
c.
Tipa orang dalam tim
diberi bagian materi yang ditugaskan .
d.
Anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusi
subbab mereka.
e.
Setelah selesai diskusi
sebagi tim ahli, tiap anggota kembali kekelompok asal dan bergantian mengajar
teman satu tim mereka tentang subbab
yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sunggu-sungguh.
f.
Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi.
g.
Guru memberi evaluasi.
h.
Penutup.
6. Snowball Throwing
(melempar bola salju)
Model
pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan
ketrampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan
imainatif membentuk dan melempar bola
salju.
Langkah-langkahnya:
a. Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing
ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi
yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
e. Kemudian
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari
satu sisw a ke siswa lain selama ± 15 menit.
f. Setelah
siswa mendapatkan satu bola/ satu pertanyaan lalu diberikan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang sudah ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
7.
Team
Games Tournament (TGT)
Model
TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan serta reinforcement.
Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinakan siswa dalat belajr lebih relaks disamping menumbuah kan tanggung
jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Ada
lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
a. Penyajian
kelas
Pada
awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin
guru.
b. Kelompok
(tim)
Kelompok
biasanya terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
c. Game
Game
terdiri dari pertanyaan pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan
yang didapat siswa dari penyajian kelas dan beljar kelompok.
d. Turnamen
Biasany
turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
e. Team
recognize (penghargaan kelompok)
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapatkan
sertivikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi krteria yang
ditentukan.
8.
Cooperatif
Integrated Readling and Composition (CIRC) ( kooperatif terpadu membaca dan
menulis) dari Steven dan Slavin (1995)
Model
pembelajaran untuk melatih kemampuan siswa secara terpadu antara membaca dan
menemukan ide pokok suatu wacana/kliping tertentu dan memberikan tangggapan
terhadap wacana / kliping secara tertulis.
Langkah-langkah:
a. Membentuk
kelompok yang anggotannya 4 orang secara heterogen.
b. Guru
memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
c. Siswa
berkeja sama saling membacakna dan menemukan ide pokok dan memberikan taggapan
terhadapa wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d. Mempresentasikan/
membacakan hasil kelompok.
e. Gurru
membuat kesimpulan bersama.
f. Penutup.
9.
Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Spancer Kagan 1992.
Memberi
kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain.
Caranya:
a. Siswa
bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang.
b. Setelah
selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu kedua kelompok lain.
c. Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil membagikan hasil
kerja dan informasi ketamu mereka.
d. Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok merak sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
e. Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja.
Pada
dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajaryang memungkan siswa
saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling
tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang
dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok.
D.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based Learning)
Depdiknas
menegasakan bahwa pembelajarn berbasis proyek/tugas terstruktur (project based
Learning) merupakan pendekatan pembelajran yang membutuhkan siswa bekerja
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi
suatu mata pelajaran, dan melkasanakan tugas bermakna lainnya. Bern dan
Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek (project based Learning) merupak pendekatan yang
memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk
berkerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada kahirnya menghasilkan karya
nyata.
Model-model
pembelajaran berbasis proyek:
1.
Pembelajaran
Portofolio
Dalam
hal ini diartikan sebagai suatu kumpulan pengalaman-pengalaman belajar siswa
dalam aspek pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), ataupun nilai dan
sikap (afektif) dengan maksud tertentu dan diseleksi menurut panduan-panduan
yang ditentukan. Portofolio inin merupakan karya terpilih dari seorang siswa,
atau kelompok, atau karya satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara
kooperatif.
Langkah-langkah
pembeljaran portofolio meliputi:
a. Mengidentifikasikan
maslah yang ada di masyarakat.
Untuk
melakukan identifikasi masalah, diawali dengan diskusi kelas guna berbagi
pengetahuan tentang masalah-masalh di masyarakat.
b. Memilih
masalah untuk kajian kelas.
Setelah
kelas memiliki cukup informasi tentang masalah-maslah yang kan dikaji, maka
langkah selanjutnya adalah membuat daftar masalah dan menentukan satu
diataranya untuk bahan kajian kelas.
c. Mengumpukan
informasi tentang masalah yang akan dikaji oelh kelas.
Setelah
kelas memutuskan sumber-sumber informasi yang kan digunakan, kelas henyaknya di
bagi kedalam tim-tim peneliti.
d. Mengembangkan
portofolio kelas.
Portofolio
yang dikembangkan memiliki dua seksi, yaitu portofolio seksi penayangan dan
seksi dokumentasi.
e. Penyajian
portofolio (shoe-case)
Setelah
portofolio kelas selesai di buat, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan
show-case (gelar kasus) dihadapan dewan juri (judges).
2. Inquiry
Inquiry
merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan
masalah. Walaupun dalam praktiknya amplikasi metode pembelajaran inquiry sangat
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum, yaitu
Question, student engangement, Cooperative Interaction, Permonce Evaluation,
dan Variety of Resaources.
Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaa pembuka yang memancing
rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.
Student
Engangement. Dalam metod inquiry, ketrlibatan aktif siswa merupaka suatu
keharusan sebagai peran guru adalah sebagai fasilitator.
Cooperative
Interaction. Siswa di minta untuk berkomunikasi, bekerja atau dalam kelompok,
dan mendiskusikan berbagai gagasan.
Permonce
Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat
sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuan mengenai permasalahan yang
sedang dipecahkan.
Variety
of Resaources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya
buku teks, website, televisi, video, dan sebagainya.
Langkah-langkah
pembelajran model inquiry:
a.
Merumuskan masalah
b.
Mengamati atau
melakukan observasi lapangan
c.
Menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisna, dambar, laporan, bagan, dan karya lainnya.
d.
Mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, dan audien lainnya.
3.
Grup
Investigation (sharan,1992)
Model
investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan
ayang pling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Langkah-langkah metode
investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi
topik
Para siswa
memilih sebagaian subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru.
b. Merencanakan
kerja sama.
Para siswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari
langkah a) di atas.
c. Implementasi.
Para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b)
d. Analisis
dan sintesis.
Para siswa
menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dpat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
e. Penyajian
hasil akhir.
Semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar smua siswa dalam kelas terlibat dan mencapai suatu persekstif
yang luas mengenai topik tersebut.
f. Evaluasi.
guru beserta
siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tipa kelompok terhadap pekerjaan
kelas sebagai suatu keseluruhan.
4.
Karyawisata
Model
karya wisata adalah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi objek-objek
tertentu dalam rangka menambah dan memperluas wawasan terhadap objek yang
dipelajari. Fungsi karya wisata adalah: (a) mendekatkan dunia sekolah dan duni
nyata, (b) mempelajari konsep/teori dengan kenyataan dan sebaliknya, (c)
membekali pengalaman nyata pada siswa.
Langkah-langkah
studi karyawisata
a. persiapan:
(1) pembenyukan panitia pelaksanaan,(2) penyusunan proposal, (3) mengurus izin
perjalanan.
b. Pelaksanaan:
(1) pembegian kelompok dan penjelasan tugas, (2) pelaksanaan dilapangan sesuai
dengan proposal.
c. Siswa
membuat laporan kegiatan karyawisata
d. Siswa
mempresentasikan laporan kegiatan karyawisata.
e. Guru
bersama siswa mengklarivikasi dan menyimpulkan
f. Evaluasi.
E.
Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning)
Pembelajaran
pelayanan (Service Learning), pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi
praktis suatu pengembangan pengetahuan dan ketranpilan baru untuk kebutuhan
masyarakat melalui proyek dan aktivitas. Pembelajaran pelayanan (Service
Learning) identik dengan pembelajran aksi sosial. Tujuan pembeljaran aksi
sosial ini adalah membantu anak didik mengembangkan kompetensi
sosial/kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam
perbaikan masyarakat. Contoh pembeljaran pelayanan atau aksi sosial adalah
bakti sosial, kunjungan kepanti asuhan, pengabdian pada masyarakat,
melaksanakan pelayanan K3 (ketertiban, kebersihan, dan keindahan) di sekolah.
Langkah-langkah
pembeljaran pemberian pelayanan:
1. Guru
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
2. Guru
menjelaskan pelayanan yang akan dilakukan (bantuk, tempat, dan waktu)
3. Guru
menjelaskan tujuan kegiatan pelayan yang akan dialaksnakan.
4. Siswa
menyiapkan bahan/materi/jasa/tenaga yangbisa disumbangkan untuk kepentingan
sekolah/masyarakat.
5. Siswa
dengan bimbingan guru melakukan kegiatan pelayanan di sekolah atau masyarakat.
6. Siswa
membuat laporan tentang kegiatan pelayanan dan nilai-niali manfaat dari
kegiatan pelayanan yang telah dilakukan.
7. Siswa
mempresentasikan laopran di depan kelas.
8. Guru
dan siswa mengklarifikasi nilai-nilai positif dari kegiatan pelayanan yang
telah dilakukan.
9. Guru
bersama siswa menyimpulkan.
F.
Model Pembelajaran Berbasis Kerja
Pembelajatan berbasis kerja ( work-besed
learning) merupakan suatu pendekatan dimana tempat kerja atau seperti tempat
kerja terintegrasi dengan materi dikelas untuk kepentingan para siswa dalam
memahami dunia kerja terkait. Model-model pembelajaran berbasis kerja
diantaranya:
1. Role Playing
Role
playing adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajnasi dan pengahyatan siswa. Kelebihan metode role playing
yaitu melibatkan seluruh siswa dimana siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai
kesempatan untuk mengajukan kemampuan dalam berkerja sama.
Langkah-langkah:
a.
Guru
menyusun/menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan
b.
Menunju beberapa siswa
untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pembelajaran.
c.
Guru membentuk kelompok
siswa yang beranggota 5 orang.
d.
Memberikan penjelasan
tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e.
Memenggil para sisw
yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario proses persidangan yang sudah
dipersiapkan.
f.
Masing-masing siswa
berada dalam kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g.
Setelah selesai
ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan
masing-masing kelompok.
h. Masing-masing
kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru
memberikan kesimpulan secara umum.
2. Mendatangkan model
pekerja kekelas.
Siswa
memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannya secara langsung
dari pekerja sebagai model yang didatangkan dalm pembelajaran dikelas.
Langka-langkah:
a. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru
menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
c. Guru
mengundang pekerja dari instansi terkait untuk mendeskripsikan pekerjaannya.
d. Seluruh
siswa memperhatikan deskripsi pekerjaan yang dipaparkan dan menganalisisnya.
e. Siswa
bertanya jawab dan bertukar pikiran dengan model pekerja.
f. Siswa
diberi tugas membuat laporan.
g. Siswa
mengemukakan hasil laporannya.
h. Guru
membuat kesimpulan.
3.
Studi
Lapangan Kerja
Siswa
memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannya secara langsung
dengan mendatangi lokasi atau instansi tempat bekerja.
Langkah-langkah:
a. Guru
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
b. Guru
menjelaakan kegiatan studi lapangan kerja yang akan dilakukan (betuk, tempat,
dan waktu)
c. Guru
menjelaskan tujuan dan prosedur kegiatan studi lapangan kerja yang akan
dilakukan.
d. Siswa
menyiapkan instrumen wawancara dan observasi untuk digunakan siswa dalam studi lapangan
kerja.
e. Siswa
secara berkelompok dengan bimbingan guru melakukan kegiatan studi lapangan
kerja.
f. Siswa
membuat laporan kelompok tentang kegiatan pelayana dan nilai-nilai manfaat dari
kegiatan pelayanan yang telah dilakukan.
g. Siswa
perkelompok mempresentaiskan laporan di depan kelas.
h. Siswa
kelompoknya menganalisisnya.
i.
Guru mengklarifikasi
hasil diskusi dan presentasi kelompok.
j.
Guru bersama siswa
menyimpulkan.
4.
Aktivitas
Ekstrakulikuler dan Pengembangan Diri
Kegiatan
pengembangan diri merupakan kegiatan pembiasaan nilai, sikap, dan perilaku yang
sesui dengan norma sekolah, agama, dan hukum dalam kehidupan disekolah.
G. Model Pembelajaran
Konsep (concept Learning)
Pendekatan
kontekstual menghendaki konsep-konsep yang harus dipahami siswa tersebut di
konstruk dan ditemukan oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan realita
kehidupan dan pengalaman siswa. Terdapat beberapa cara pembelajaran konsep
diantaranya sebagai berikut:
1.
Scramble.
Model
pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suat konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang
disusun secara acaksehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang
dimaksud.
Langkah-langkah:
a. Guru
menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b. Membagikan
lembar kerja sesuai contoh.
Contoh:
Susun
huruf- huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan
kolom A.
SCRAMBEL
|
A
1.
Pemerintah dari rakyat oleh
rakyat.
2.
Salah satu contoh
pelaksanaan demokrasi
|
B
1.
DOMERIKSA
2.
LEMUPI
|
2. Broken
Triangle/square/heart (pecah segitiga/bujur sangkar/hati)
Model
ini sering kali disebut juga dengan puzzel, siswa mengkelompokkan materi yang
terpisah-pisah (pecah-pecah) kedalam satu kesatuan konsep materi yang terbentuk
dalam segitiga/bujur sangkar/hati. Umumnya digunakan pada materi yang berisi
uraian dalam bentuk option-option.
Langkah-langkah kegiatan:
a.
Guru menyiapkan
beberapa bentuk segitiga/bujur sangkar/hati yang dipecah kedalam beberapa
kartu. Masing-masing kartu berisi satu option uraian dari konsep materi dan
akan membentuk satu kesatuan (utuh) bentuk tertentu segitiga/bujur
sangkar/htai.
b.
Setiap kelompok siswa
mendapatkan beberapa potongan kartu pecahan dari segitiga/bujur sangkar/hati.
c.
Setiap kelompok siswa
membentuk satu kesatuan kartu kedalam segitiaga/bujur sangkar/hati yang tepat
sehingga membentuk satu kesatuan konsep materi.
d. Setiap
kelompok siswa yang dapat membentuk satu kesatuan kartu pecahan segitiga/bujur
sangkar/hati/ sebelum batas waktu di beri poin.
e. Perwakilan
masing-masing kelompok siswamenempelkan satu kesatuan kartu pecahan
segitiga/bujur sangkar/hati di papa tulis.
f. Guru
dan siswa mengklarifikasi hasil karya siswa dalam membentuk segitiga/bujur
sangkar/hati konsep materi.
g. Kesimpulan/penutup.
Contohnya:
H.
Model Pembelajaran Nilai
1. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan
penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberikan
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini
merupakan pendekatan tradisoanal. Pendekatan ini digunakan secara meluas dalam
berbagai masyarakat, terutaman dalam penanaman nilai-nilai agama dan
nilai-nilai budaya.
2.
Pendekatan
Perkembangan Kognitif
Pendekatan
ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya
memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Proses pengajaran
nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada dilema moral, dengan menggunkan
metoda diskusi kelompok. Pendekatan perkembangan kognitif mudah digunakan dalam
proses pendidikan disekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada
aspek kemampuan berfikir. Oleh karena itu pendekatan ini memberikan perhatian
sepenuhnya kepda isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat. Penggunaan pendekatan ini menjadi
menarik.
3.
Pendekatan
Analisis Nilai
Pendekatan
analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada
perkembangan kemampuan siswa untuk berfikir logis, dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Ada dua tujuan utama
pendidikan moral menurut pendekatan ini. Pertama membantu siswa untuk
menggunakan kemampuan berfikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis
masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua,
membantu siswa untuk menggunkan proses berfikir rasional dan analitik, dalam
menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
kelemahannya pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif, dan sebaliknyta
mengabaikan aspek afektif serta perilaku.
4.
Pendekatan
Klarifikasi Nilai
Pendekatan
klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha
membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang mereka tentang nilai-niali mereka
sendiri. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada 3. Pertama,
membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-niali mereka sendiri
serta nilai-nbilai orang lain. Kedua, membantu siswa supaya mereka mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan
nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan
secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional, untuk
memehami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Dalam
proses pengajarannya, pendekatan ini menggunkan metode: dialog, menulis,
diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain. Pendekatan ini
memberikan penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang.
Kekuatan pendekatan ini terutama memberikan penghargaan yang tinggi kepada
siswa sebagi individu yang mempunyai hak untuk memilih, menghargai, dan
bertindak berdasarkan kepada nilai sendiri.
5.
Pendekatan
Pembelajaran Berbuat
Pendekatan
pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral,
baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam satu kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar