Halaman

Jumat, 17 Januari 2014

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A.  Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
Pendekatan pembelaajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pendangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu : (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centerd approach).
Komalasari (2008) mengelompokkan pendekatan pembelajaran ke dalam pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional/tradisional. Pendekatan kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru.
Pendekatan pembelajaran kontekstual diturunkan ke dalam beberapa strategi pembelajaran. Ditjen Dikdasmen (2003: 4-8) mengelompokkan 7 strategi pembelajaran kontekstual, yaitu (1) belajar berbasis masalah (problem-based learning), (2) pengajaran autentik (authentic intruction), (3) belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning), (4) belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning), (5) belajar berbasis kerja (work-based learning), (6) belajar jasa layanan (servise learning), (7) belajar kooperatif (cooperative learning).
Strategi pembelaajran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelaajran tertentu. Metode pembelaajran dapat diartikan sebagai cara yang sering digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa materi yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman belajar, (7) brainstorming, (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya, metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sedangkan Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelaajran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Untuk dapat melaksanakan tuganya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

B.  Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Siswa terlibat dalam menyiliki untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pembelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesa, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain. (Depdiknas, 2003: 4).
Model-model pembelajaran berbasis masalah meliputi :
1.    Problem-based Introduction (PBI), problem-based Introduction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mangajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah :
a.       Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan alat pendukung yang dibutuhkan.
b.      Guru menetapkan topik,tugas, jadwal, dan sebagainya.
c.       Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
d.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai.
e.       Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap eksperimen.
2.    Debate, debate merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.
Langkah-langkah :
a.       Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang pro dan yang kontra.
b.      Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan dibedatkan.
c.       Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d.      Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
e.       Guru menambahkan konsep yang belum terungkap.
f.       Guru mengajak siswa membuat kesimpulan.
3.    Controversial Issues, isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh arang atau kelompok lain (Muessig, 1975: 4).
Langkah-langkah :
a.       Guru menyajikan materi yang mengandung isu kontroversial.
b.      Guru mengundang berbagai pendapat disertai argumentasi dari siswa mengenai isu tersebut.
c.       Isu kontroversial yang sudah dapat diidentifikasi menjadi bahan diskusi.
4.    Example Non-Examples, membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.
C.Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
 Pembelajran kooperatif (cooperative learning) merupaka strategi pembelajarn memlalui kelompok kecil siswa yang paling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajaruntuk mencapai tujuan belajar. Sehubung dengan pengertian tersebut, Johnson, et al., 1994; Hamid Hasan, 1996, menegaskan bahwa belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok. Model-model pembelajaran kooperatif meliputi:
1.      Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) dari Spencer Kagan (1992)
Model pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor kemudian di buat  suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa:
Langkah-langkah pembelajaran:
a.       Siswa di bagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b.      Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.       Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
d.      Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang di panggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e.       Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f.       Kesimpulan.
2.      Cooperative script (skrip kooperatif) dari densereau CS (1985)
Metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan, dan secar alisan bergantian mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang di pelajari.
Langkah-langkah pembelajaran:
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.      Guru mebagi wacana/materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ringkasan.
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa nama yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan.
e.       Sementara pendegar menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap da membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
f.       Bertukar peran, semula menjadi pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
g.      Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
h.      Penutup.
3.      Student  Team Chievement Divisions (STAD) (Tim Siswa Kelompok Prestesi) dari Slavin (1995)
Model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen. Kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada naggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah pembelajaran;
a.       Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jeni skelamin, suku, dll)
b.      Guru menyajikan pelajaran.
c.       Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan Pda anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d.      Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e.       Memberi evaluasi.
f.       Kesimpulan.
4.    Think Pair and Share (Frank Lyman, 1985)
Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbag merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.  Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut:
Langkah 1: berfikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakakn waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atas masalah.
Langkah 2: berpasangan (pairing)
Selanjutny guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasikan.
Lankah 3: berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
5.    Jigsaw (Model Tim Ahli) dari Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp (1978)
Pada dasarnya dalam model ini guru membagi  satuan informasi yang besar mejadi kompone-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4 orang siswa sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a.       Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya,
b. Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota semula.
Setelah itu siswa tersebut kembali lagi kekelompok masing-masing sebagai “ahli” dala subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya.
Langkah-langkah pembelajaran:
a.  Siswa dikelompokkan kedalam = 4 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c.  Tipa orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan .
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru  (kelompok ahli) untuk mendiskusi subbab mereka.
e.  Setelah selesai diskusi sebagi tim ahli, tiap anggota kembali kekelompok asal dan bergantian mengajar teman satu  tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sunggu-sungguh.
f.  Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.
6.      Snowball Throwing (melempar bola salju)
Model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan ketrampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imainatif  membentuk dan melempar bola salju.
Langkah-langkahnya:
a.       Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b.      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c.       Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d.      Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e.       Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari satu sisw a ke siswa lain selama ± 15 menit.
f.       Setelah siswa mendapatkan satu bola/ satu pertanyaan lalu diberikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
g.      Evaluasi.
h.      Penutup.
7.      Team Games Tournament (TGT)
Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinakan siswa dalat belajr lebih relaks disamping menumbuah kan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
a.       Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
b.      Kelompok (tim)
Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
c.       Game
Game terdiri dari pertanyaan pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan beljar kelompok.
d.      Turnamen
Biasany turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
e.       Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapatkan sertivikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi krteria yang ditentukan. 
8.      Cooperatif Integrated Readling and Composition (CIRC) ( kooperatif terpadu membaca dan menulis) dari Steven dan Slavin (1995)
Model pembelajaran untuk melatih kemampuan siswa secara terpadu antara membaca dan menemukan ide pokok suatu wacana/kliping tertentu dan memberikan tangggapan terhadap wacana / kliping secara tertulis.
Langkah-langkah:
a.       Membentuk kelompok yang anggotannya 4 orang secara heterogen.
b.      Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
c.       Siswa berkeja sama saling membacakna dan menemukan ide pokok dan memberikan taggapan terhadapa wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas.
d.      Mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok.
e.       Gurru membuat kesimpulan bersama.
f.       Penutup.
9.      Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Spancer Kagan 1992.
Memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Caranya:
a.       Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 orang.
b.      Setelah selesai, dua orang masing-masing menjadi tamu kedua kelompok lain.
c.       Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil membagikan hasil kerja dan informasi ketamu mereka.
d.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok merak sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e.       Kelompok mencocokkan  dan membahas hasil kerja.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajaryang memungkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
D. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based Learning)
Depdiknas menegasakan bahwa pembelajarn berbasis proyek/tugas terstruktur (project based Learning) merupakan pendekatan pembelajran yang membutuhkan siswa bekerja komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu mata pelajaran, dan melkasanakan tugas bermakna lainnya. Bern dan Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek  (project based Learning) merupak pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk berkerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada kahirnya menghasilkan karya nyata.
Model-model pembelajaran berbasis proyek:
1.      Pembelajaran Portofolio
Dalam hal ini diartikan sebagai suatu kumpulan pengalaman-pengalaman belajar siswa dalam aspek pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), ataupun nilai dan sikap (afektif) dengan maksud tertentu dan diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio inin merupakan karya terpilih dari seorang siswa, atau kelompok, atau karya satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif.
Langkah-langkah pembeljaran portofolio meliputi:
a.       Mengidentifikasikan maslah yang ada di masyarakat.
Untuk melakukan identifikasi masalah, diawali dengan diskusi kelas guna berbagi pengetahuan tentang masalah-masalh di masyarakat.
b.      Memilih masalah untuk kajian kelas.
Setelah kelas memiliki cukup informasi tentang masalah-maslah yang kan dikaji, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar masalah dan menentukan satu diataranya untuk bahan kajian kelas.
c.       Mengumpukan informasi tentang masalah yang akan dikaji oelh kelas.
Setelah kelas memutuskan sumber-sumber informasi yang kan digunakan, kelas henyaknya di bagi kedalam tim-tim peneliti.
d.      Mengembangkan portofolio kelas.
Portofolio yang dikembangkan memiliki dua seksi, yaitu portofolio seksi penayangan dan seksi dokumentasi.
e.       Penyajian portofolio (shoe-case)
Setelah portofolio kelas selesai di buat, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan show-case (gelar kasus) dihadapan dewan juri (judges).
2.      Inquiry
Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah. Walaupun dalam praktiknya amplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum, yaitu Question, student engangement, Cooperative Interaction, Permonce Evaluation, dan Variety of Resaources.
Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaa pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.
Student Engangement. Dalam metod inquiry, ketrlibatan aktif siswa merupaka suatu keharusan sebagai peran guru adalah sebagai fasilitator.
Cooperative Interaction. Siswa di minta untuk berkomunikasi, bekerja atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.
Permonce Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuan mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan.
Variety of Resaources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajran model inquiry:
a.       Merumuskan masalah
b.      Mengamati atau melakukan observasi lapangan
c.       Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisna, dambar, laporan, bagan, dan karya lainnya.
d.      Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, dan audien lainnya.
3.         Grup Investigation (sharan,1992)
Model investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan ayang pling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Seleksi topik
Para siswa memilih sebagaian subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.
b.      Merencanakan kerja sama.
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c.       Implementasi.
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b)
d.      Analisis dan sintesis.
Para siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dpat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e.       Penyajian hasil akhir.
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar smua siswa dalam kelas terlibat dan mencapai suatu persekstif yang luas mengenai topik tersebut.
f.       Evaluasi.
guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tipa kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
4.      Karyawisata
Model karya wisata adalah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi objek-objek tertentu dalam rangka menambah dan memperluas wawasan terhadap objek yang dipelajari. Fungsi karya wisata adalah: (a) mendekatkan dunia sekolah dan duni nyata, (b) mempelajari konsep/teori dengan kenyataan dan sebaliknya, (c) membekali pengalaman nyata pada siswa.
Langkah-langkah studi karyawisata
a.       persiapan: (1) pembenyukan panitia pelaksanaan,(2) penyusunan proposal, (3) mengurus izin perjalanan.
b.      Pelaksanaan: (1) pembegian kelompok dan penjelasan tugas, (2) pelaksanaan dilapangan sesuai dengan proposal.
c.       Siswa membuat laporan kegiatan karyawisata
d.      Siswa mempresentasikan laporan kegiatan karyawisata.
e.       Guru bersama siswa mengklarivikasi dan menyimpulkan
f.       Evaluasi.
E. Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning)
Pembelajaran pelayanan (Service Learning), pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan ketranpilan baru untuk kebutuhan masyarakat melalui proyek dan aktivitas. Pembelajaran pelayanan (Service Learning) identik dengan pembelajran aksi sosial. Tujuan pembeljaran aksi sosial ini adalah membantu anak didik mengembangkan kompetensi sosial/kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam perbaikan masyarakat. Contoh pembeljaran pelayanan atau aksi sosial adalah bakti sosial, kunjungan kepanti asuhan, pengabdian pada masyarakat, melaksanakan pelayanan K3 (ketertiban, kebersihan, dan keindahan) di sekolah.
Langkah-langkah pembeljaran pemberian pelayanan:
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
2.      Guru menjelaskan pelayanan yang akan dilakukan (bantuk, tempat, dan waktu)
3.      Guru menjelaskan tujuan kegiatan pelayan yang akan dialaksnakan.
4.      Siswa menyiapkan bahan/materi/jasa/tenaga yangbisa disumbangkan untuk kepentingan sekolah/masyarakat.
5.      Siswa dengan bimbingan guru melakukan kegiatan pelayanan di sekolah atau masyarakat.
6.      Siswa membuat laporan tentang kegiatan pelayanan dan nilai-niali manfaat dari kegiatan pelayanan yang telah dilakukan.
7.      Siswa mempresentasikan laopran di depan kelas.
8.      Guru dan siswa mengklarifikasi nilai-nilai positif dari kegiatan pelayanan yang telah dilakukan.
9.      Guru bersama siswa menyimpulkan.
F. Model Pembelajaran Berbasis Kerja
 Pembelajatan berbasis kerja ( work-besed learning) merupakan suatu pendekatan dimana tempat kerja atau seperti tempat kerja terintegrasi dengan materi dikelas untuk kepentingan para siswa dalam memahami dunia kerja terkait. Model-model pembelajaran berbasis kerja diantaranya:
1.      Role Playing
Role playing adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajnasi dan pengahyatan siswa. Kelebihan metode role playing yaitu melibatkan seluruh siswa dimana siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk mengajukan kemampuan dalam berkerja sama.
Langkah-langkah:
a.       Guru menyusun/menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan
b.      Menunju beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pembelajaran.
c.       Guru membentuk kelompok siswa yang beranggota 5 orang.
d.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e.       Memenggil para sisw yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario proses persidangan yang sudah dipersiapkan.
f.       Masing-masing siswa berada dalam kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
g.      Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i.      Guru memberikan kesimpulan secara umum.
2.      Mendatangkan model pekerja kekelas.
Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannya secara langsung dari pekerja sebagai model yang didatangkan dalm pembelajaran dikelas.
Langka-langkah:
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
c.       Guru mengundang pekerja dari instansi terkait untuk mendeskripsikan pekerjaannya.
d.      Seluruh siswa memperhatikan deskripsi pekerjaan yang dipaparkan dan menganalisisnya.
e.       Siswa bertanya jawab dan bertukar pikiran dengan model pekerja.
f.       Siswa diberi tugas membuat laporan.
g.      Siswa mengemukakan hasil laporannya.
h.      Guru membuat kesimpulan.
3.      Studi Lapangan Kerja
Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannya secara langsung dengan mendatangi lokasi atau instansi tempat bekerja.
Langkah-langkah:
a.  Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
b. Guru menjelaakan kegiatan studi lapangan kerja yang akan dilakukan (betuk, tempat, dan waktu)
c.       Guru menjelaskan tujuan dan prosedur kegiatan studi lapangan kerja yang akan dilakukan.
d.      Siswa menyiapkan instrumen wawancara dan observasi untuk digunakan siswa dalam studi lapangan kerja.
e.       Siswa secara berkelompok dengan bimbingan guru melakukan kegiatan studi lapangan kerja.
f.       Siswa membuat laporan kelompok tentang kegiatan pelayana dan nilai-nilai manfaat dari kegiatan pelayanan yang telah dilakukan.
g.      Siswa perkelompok mempresentaiskan laporan di depan kelas.
h.      Siswa kelompoknya menganalisisnya.
i.        Guru mengklarifikasi hasil diskusi dan presentasi kelompok.
j.        Guru bersama siswa menyimpulkan.
4.      Aktivitas Ekstrakulikuler dan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan pembiasaan nilai, sikap, dan perilaku yang sesui dengan norma sekolah, agama, dan hukum dalam kehidupan disekolah.
G. Model Pembelajaran Konsep (concept Learning)
Pendekatan kontekstual menghendaki konsep-konsep yang harus dipahami siswa tersebut di konstruk dan ditemukan oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan realita kehidupan dan pengalaman siswa. Terdapat beberapa cara pembelajaran konsep diantaranya sebagai berikut:
1.      Scramble.
Model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suat konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acaksehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud.
Langkah-langkah:
a.       Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Contoh:
Susun huruf- huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
SCRAMBEL

A
1.       Pemerintah dari rakyat oleh rakyat.
2.       Salah satu contoh pelaksanaan demokrasi
B
1.       DOMERIKSA
2.       LEMUPI
 






2.      Broken Triangle/square/heart (pecah segitiga/bujur sangkar/hati)
Model ini sering kali disebut juga dengan puzzel, siswa mengkelompokkan materi yang terpisah-pisah (pecah-pecah) kedalam satu kesatuan konsep materi yang terbentuk dalam segitiga/bujur sangkar/hati. Umumnya digunakan pada materi yang berisi uraian dalam bentuk option-option.  Langkah-langkah kegiatan:
a.       Guru menyiapkan beberapa bentuk segitiga/bujur sangkar/hati yang dipecah kedalam beberapa kartu. Masing-masing kartu berisi satu option uraian dari konsep materi dan akan membentuk satu kesatuan (utuh) bentuk tertentu segitiga/bujur sangkar/htai.
b.      Setiap kelompok siswa mendapatkan beberapa potongan kartu pecahan dari segitiga/bujur sangkar/hati.
c.       Setiap kelompok siswa membentuk satu kesatuan kartu kedalam segitiaga/bujur sangkar/hati yang tepat sehingga membentuk satu kesatuan konsep materi.
d.      Setiap kelompok siswa yang dapat membentuk satu kesatuan kartu pecahan segitiga/bujur sangkar/hati/ sebelum batas waktu di beri poin.
e.       Perwakilan masing-masing kelompok siswamenempelkan satu kesatuan kartu pecahan segitiga/bujur sangkar/hati di papa tulis.
f.       Guru dan siswa mengklarifikasi hasil karya siswa dalam membentuk segitiga/bujur sangkar/hati konsep materi.
g.      Kesimpulan/penutup.
Contohnya:
 

















H. Model Pembelajaran Nilai
1.  Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberikan penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini merupakan pendekatan tradisoanal. Pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat, terutaman dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya.
2.      Pendekatan Perkembangan Kognitif
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Proses pengajaran nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada dilema moral, dengan menggunkan metoda diskusi kelompok. Pendekatan perkembangan kognitif mudah digunakan dalam proses pendidikan disekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek kemampuan berfikir. Oleh karena itu pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya kepda isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat. Penggunaan pendekatan ini menjadi menarik.
3.      Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berfikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Ada dua tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan ini. Pertama membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berfikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu siswa untuk menggunkan proses berfikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka. kelemahannya pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif, dan sebaliknyta mengabaikan aspek afektif serta perilaku.
4.      Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang mereka tentang nilai-niali mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada 3. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-niali mereka sendiri serta nilai-nbilai orang lain. Kedua, membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memehami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Dalam proses pengajarannya, pendekatan ini menggunkan metode: dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain. Pendekatan ini memberikan penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Kekuatan pendekatan ini terutama memberikan penghargaan yang tinggi kepada siswa sebagi individu yang mempunyai hak untuk memilih, menghargai, dan bertindak berdasarkan kepada nilai sendiri.
5.      Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam satu kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar