SIFAT TERMAL
BAHAN
Sejumlah energy bias ditambahkan kedalam material melalui pemanasan, medan listrik,
medan magnit,
bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa
photo listrik yang telah kita kenal.
Tanggapan padatan terhadap macam-macam tambahan energy tersebut tentulah berbeda. Pada penambahan energy melalui pemanasan misalnya,
tanggapan padatan termanifestasikan mulai darikenaikan temperature sampai pada emisi
thermal tergantung dari besar energi yang
masuk.
Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai emisielektron dari permukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang
kita berikan,
yang tidak lain adalah besar energi yang
sampai kepermukaan
metal. Dalam mempelajari sifat non-listrik material, kita akan mulai dengan sifat
thermal, yaitu tanggapan material
terhadap penambahan energy secara
thermal (pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi
thermal; yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar posisi keseimbangannya,
dan yang kedua berupa energy kinetik yang
dikandung oleh
electron bebas. Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap panas maka energi
internal yang ada dalam padatan meningkat
yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya.
Koefisien
daya hantar berlainan dengan koefisien muai panas, walaupun keduanya
dipengaruhi oleh suhu. Naiknya suhu suatu bahan/material, maka akan
mengakibatkan perubahan susunan atom yang mengiringi pencairan dan pengaturan kembali susunan atom-atom yang diakibatkan
perubahan suhu, yang pada akhirnya akan mengganggu daya hantar panas bahan
tersebut. Sifat termal merupakan sifat yang menunjukkan respon material
terhadap panas yang diterima suatu bahan/material. Untuk mengetahui sifat
termal suatu bahan, maka perlu dibefakan antar temperatur/suhu dengan kandungan
kalor.
Temperatur /
suhu adalah tinggi rendahnya (level ) thermal dari suatu aktivitas, sedangkan kandungan
kalor adalah besarnya energi thermal. Suatu benda dapat mengalami muai
panas (Thermal Expansion), yaitu pemuaian yang dialami bahan ketika mengalami
perlakuan termal.Besarnya pemuaian bahan / material ditentukan oleh
jenis benda, ukuran benda mula-mula, dan besarnya kalor yang
diberikan. Pemuaian ini dapat mengakibatkan pertambahan panjang (∆l) dan juga
pertambahan volume.
Daya hantar
panas (Thermal Conductivity) merupakan kemampuansuatu material atau
bahan dalam meneruskan panas, yang biasanya terjadi pada benda padat, dan
biasanya terjadi secara konduksi. Jadi perubahan energy pada atom-atom dan electron bebas menentukan sifat-sifat thermal padatan. Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik, konduktivitas panas, koefisien
muai linier, dan panas jenis.
1. KAPASITAS PANAS
Kapasitas
Termal adalah sifat yang mengindikasikan
kemampuan materi untuk menyerap panas. Kapasitas panas (heat capacity) adalah
jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan temperatur padatan sebesar satu
derajat K. Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu
a.
Kapasitas
panas pada volume konstan, Cv.
dengan E adalah energi internal padatan yaitu total
energi yang ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi
kinetik elektron bebas.
b.
Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp
dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan
dalam thermodinamika karena sesungguhnya adalah amat sulit meningkatkan
kandungan energi internal pada tekanan konstan. Jika kita masukkan energi panas
ke sepotong logam, sesungguhnya energi yang kita masukkan tidak hanya
meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada waktu pemuaian terjadi. Pemuaian
adalah perubahan volume, dan pada waktu volume berubah dibutuhkan energi
sebesar perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan ini
diambil dari energi yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan enthalpi
guna mempermudah analisis, yaitu :
H=E+PV
dengan P adalah tekanan dan V
adalah volume.
Karena pada tekanan konstan
Jika perubahan volume juga bisa diabaikan maka kapasitas panas pada tekanan konstan dapat dianggap sama dengan kapasitas panas pada volume
konstan.
2. PANAS SPESIFIK
Panas
spesifik (specific heat) adalah kapasitas panas per satuan massa per
derajat K, yang juga sering dinyatakan sebagai kapasitas panas per mole per
derajat K. Untuk membedakan dengan kapasitas panas yang ditulis dengan huruf
besar (Cv dan Cp),
maka panas spesifik dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp).
Perhitungan Klasik
Menurut
hukum Dulong-Petit (1820), panas spesifik padatan unsur adalah hampir sama
untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole K. Boltzmann kemudian menunjukkan
bahwa angka yang dihasilkan oleh Dulong Petit dapat ditelusuri melalui
pandangan bahwa energi dalam padatan tersimpan dalam atom-atomnya yang
bervibrasi. Energi atom-atom ini diturunkan dari teori kinetik gas. Dalam teori kinetik gas, molekul gas ideal
memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-rata per derajat
kebebasan adalah sehingga energi kinetik
rata-rata dalam tiga dimensi adalah. Energi per mol adalah, ( N, bilangan Avogadro) yang merupakan energi
internal gas ideal.
Dalam padatan, atom-atom saling terikat sehingga
selain energi kinetik terdapat pula energi potensial sehingga energi rata-rata
per derajat kebebasan bukan melainkan.
Energi per mole padatan menjadipanas spesifik pada volume konstan
Angka inilah
yang diperoleh oleh Dulong‑Petit. Pada umumnya hukum Dulong‑Petit cukup teliti
untuk temperatur di
atas temperatur kamar.
Namun beberapa unsur memiliki panas
spesifik pada temperatur
kamar yang lebih
rendah dari angka Dulong‑Petit, misalnya B, Be, C, Si. Pada
temperatur yang sangat
rendah panas spesifik semua unsur
menuju nol.
·
Perhitungan Einstein
Einstein memecahkan
masalah panas spesifik
dengan menerapkan teori kuantum.
Ia menganggap padatan
terdiri dari N
atom, yang masing‑masing bervibrasi
(osilator) secara bebas
pada arah tiga
dimensi, dengan frekuensi fE.
Mengikuti hipotesa Planck tentang terkuantisasinya energi, energi tiap osilator
adalah
Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi
tiga dimensi, kita dapatkan total energi internal.
Frekuensi fE, yang kemudian disebut
frekuensi Einstein, ditentukan
dengan cara mencocokkan kurva
dengan data‑data eksperimental. Hasil
yang diperoleh adalah bahwa pada temperatur rendah kurva
Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data eksperimen.
·
Perhitungan
Debye
Penyimpangan ini,
menurut Debye, disebabkan
oleh asumsi yang diambil
Einstein bahwa atom‑atom
bervibrasi secara bebas
dengan frekuensi sama, fE.
Analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum frekuensi g(f)
dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah frekuensi
yang diizinkan yang
terletak antara f dan (f
+ df)
(yang berarti jumlah
osilator yang memiliki
frekuensi antara f dan
f + df ). Debye
melakukan penyederhanaan perhitungan
dengan menganggap padatan sebagai
medium merata yang bervibrasi dan
mengambil hipotesa spektrum gelombang berdiri sepanjang kristal sebagai
pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum-gelombang-berdiri sepanjang
kristal
Dengan cs kecepatan rambat suara dalam
padatan.
Debye juga
memberi postulat frekuensi
osilasi maksimum, fD, karena
jumlah keseluruhan frekuensi yang diizinkan tidak akan melebihi 3N (N
adalah jumlah atom yang bervibrasi tiga
dimensi). Panjang gelombang
minimum adalah tidak lebih
kecil dari jarak
antar atom dalam
kristal. Dengan mengintegrasi
g(f)df kali energi rata‑rata ia memperoleh energi internal untuk satu
mole volume kristal.
·
Phonon
Dalam
analisisnya, Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena perambatan
suara dalam padatan
merupakan gejala gelombang
elastis. Spektrum frekuensi Debye
yang dinyatakan pada
persamaan sering disebut
spektrum phonon. Phonon
adalah kuantum energi
elastik analog dengan
photon yang merupakan kuantum energi elektromagnetik.
·
Kontribusi
Elektron
Hanya
elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh oleh kenaikan temperatur dan
elektron‑elektron inilah yang bisa berkontribusi pada panas spesifik. Pada
temperatur tinggi, elektron
menerima energi thermal
sekitar kBT dan berpindah pada
tingkat energi yang lebih tinggi jika tingkat energi yang lebih tinggi
kosong. Energi elektron
pada tingkat Fermi,
EF, rata‑rata mengalami
kenaikan energi menjadi Ef
+ kBT yang kemungkinan
besar akan berhenti
pada posisi tingkat energi yang
lebih rendah dari itu.
Debye
mengusulkan teori modifikasi dari panas spesifik dari padatan dengan asumsi
sebagai berikut;
-
Solid adalah sebuah kontinum elastis
isotropik dengan atom yang digabungkan elastis satu sama lain.
-
Gerak atom pengaruh dipengaruhi atom
yang lain
-
Getaran atom yang digabungkan dan
karenanya atom bergetar secara kolektif
-
Getaran kisi memiliki rentang frekuensi
yang berbeda.
-
Energi internal solid berada di dalam
gelombang berdiri elastis disebarkan melalui kisi kristal.
-
Energi dari gelombang elastis
terkuantisasi; gelombang terkuantisasi kisi disebut sebagai .
3. KONDUKTIVITAS TERMAL
Konduktivitas
atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas.
Benda yang
memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor yang baik
(konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki konduktivitas
termal yang kecil merupakan merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor
termal yang buruk).
·
Faktor
Konduktivitas Termal
a.
Suhu
Konduksi
termal akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu
b.
Kandungan uap air
Konduksi
Termal akan meningkat seiring meningkanta kandungan kelembaman.Bila nilai (k)
besar maka merupakan pengalir yg baik,tetapi bila nilai (k) kecil maka bukan
pengalir yg baik.
c.
Berat jenis
Nilai
konduktifitas termal akan berubah bila berat jenisnya berubah. Semakin tinggi
berat jenis makan semakin baik pengalir konduktifitas tersebut.
d.
Keadaan pori-pori bahan
Bila semakin
besar rongga maka akan semakin buruk konuktifitas termalnya.
· MEKANISME KONDUKTIVITAS TERMAL
Panas
diangkut dalam bahan padat oleh kedua gelombang getaran kisi (fonon) dan
elektron bebas. Konduktivitas termal berhubungan dengan masing-masing mekanisme
ini dan konduktivitas total jumlah kontribusi keduanya.Dimana k1 mewakili
getaran kisi dan konduktivitas termal elektron. Energi termal yang terkait
dengan fonon atau gelombang kisi diangkut dalam arah gerak mereka. Hasil
kontribusi k1 dari gerakan bersih fonon dari tinggi ke suhu rendah dari tubuh
dalam gradiens suhu.
Elektron
bebas dapat berpartisipasi dalam konduksi termal elektronik, dengan elektron
bebas di daerah spesimen panas smapai
mendapatkan keuntungan energi
kinetik.kemudian bermigrasi ke daerah dingin, di mana beberapa energi kinetika akan
dipindahkan ke atom sendiri (sebagai energi getaran) sebagai akibat tumbukan
dengan fonon atau ketidaksempurnaan lain dalam kristal. Kontribusi relatif ke,
untuk meningkatkan total konduktivitas termal dengan meningkatnya konsentrasi
elektron bebas, karena lebih banyak elektron yang tersedia untuk berpartisipasi
dalam proses transferrence panas.
4. KOEFISIEN MUAI LINIER
Peristiwa
yang mengikuti penambahan temperatur pada bahan adalah perubahan ukuran dan
keadaannya. Gaya antar atom dipandang
sebagai kumpulan pegas yang menjadi penghubung antar atom bahan. Pada setiap temperatur atom padatan tersebut akan bergetar. Kenaikan temperatur akan mengakibatkan
penambahan jarak rata-rata atar atom bahan.
Hal ini mengakibatkan terjadinya pemuaian (ekspansi) pada seluruh
komponen padatan tersebut. Perubahan ukuran pada dimensi linier disebut sebagai
muai linier.
Persamaan di
atas sama untuk koefisien muai untuk volume. Dengn α adalah koefisien muai linier yang memiliki
nilai berbeda untuk masing-masing bahan.
5. PANAS JENIS
Jumlah panas
yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari suatu bahan bermassa m sebesar
satu derajat dinamakan panas jenisdari bahan tersebut. Sehingga, jika panas
sejumlah Q ditambahkan ke suatu bahan bermassa m yang mempunyai panas
jenis c, perubahan suhu ΔT = Taw – Tak.
Di dalam sistem MKS, satuan untuk panas adalah
kilokalori dan didefinisikan sedemikian hingga panas jenis air adalah satu yang
bermakna bahwa apabila satu kilokalori panas diberikan kepada satu kilogram
air, maka suhu air akan naik sebesar satu derajat Celsius.
Apabila dua atau lebih zat dengan suhu yang berbeda-beda
dicampurkan, mereka akan setimbang termal setelah beberapa saat karena
panas akan mengalir dari zat bersuhu lebih tinggi ke zat yang bersuhu lebih
rendah sampai semua zat mempunyai suhu yang sama. Jika bahan‐bahan penyusun sistem diisolasi sedemikian hingga
tidak ada pertukaran panas dengan lingkungannya, proses tersebut dinamakan
adiabatik. Karena panas merupakan satu bentuk dari energi, hokum kekekalan
energi mensyaratkan bahwa untuk suatu proses adiabatik jumlah seluruh
perpindahan panas antar penyusun sistem harus sama dengan nol.
Catatan:jika panas ditambahkan kepada suatu sistem,
maka Tak > Taw dan Q bernilai positif; jika panas diambil dari
sistem maka Tak < Taw dan Q bernilai negatif.
Dua bentuk utama energi panas dalam padatan adalah
vibrasi atom sekitar posisi kesembiangannya dan energi kinetik elektron bebas.
Oleh karena itu sifat-sifat thermal padatan yang penting seperti kapasitas
panas, pemuaian, dan konduktivitas thermal, tergantung dari perubahan-perubahan
energi atom dan elektron bebas. Kenaikan kapasitas panas terkait dengan
kemampuan phonon dan elektron untuk meningkatkan energinya. Prinsip eksklusi
membatasi kebebasan elektron untuk menaikkan energinya karena kenaikan energi
tergantung ketersediaan tingkat energi yang
masih kosong. Hanya elektron di sekitar tingkat energi Fermi yang
memiliki akses ke tingkat energi yang lebih tinggi, sehingga kontribusi
elektron pada kapasitas panas secara relatif tidaklah besar.
Pemuaian terjadi karena ketidak-simetrisan gaya ikat
antar atom. Gaya yang diperlukan untuk memperpanjang jarak atom adalah lebih
kecil dari gaya untuk memperpendek jarak. Oleh karena itu penyerapan energi
thermal akan cenderung memperpanjang jarak atom.
Konduksi panas dalam metal lebih diperankan oleh
elektron dari pada phonon, walaupun dalam hal kapasitas panas phonon lebih
berperan.
Faktor-Faktor Lain
Yang Turut Berperan
Memasukkan
energi panas ke padatan
tidak hanya menaikkan
energi vibrasi atom maupun
elektron. Pada padatan
tertentu terjadi proses-proses
lain yang juga memerlukan
energi dan proses-proses
ini akan berkontribusi pada
kapasitas panas. Proses-proses seperti perubahan susunan molekul
dalam alloy, pengacakan
spin elektron dalam material magnetik,
perubahan distribusi elektron
dalam material
superkonduktor, akan meningkatkan
panas spesifik material
yang bersangkutan. Proses-proses ini akan membuat kurva panas spesifik
terhadap temperatur tidak
monoton; di atas
temperatur di mana proses-proses ini
telah tuntas, panas
spesifik kembali pada
nilai normalnya.
Kristal
Bahan Bahan Keramik
Umumnya
senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay,
kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal,
komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga
tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum
strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya
beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara
kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang
jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik
secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk
berbagai aplikasi termasuk :
- kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas
yang rendah.
- Tahan korosi
- Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor,
konduktor bahkan superkonduktor
- Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
- Keras dan kuat, namun rapuh.
Dua jenis ikatan dapat
terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan kovalen. Sifat keseluruhan
material bergantung pada ikatan yang dominan. Klasifikasi Bahan keramik dapat
dibedakan menjadi dua kelas : kristalin dan amorf (non kristalin). Dalam
material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh, sedang
dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya ada, namun pada jarak
jauh keteraturannya tidak ada. Beberapa keramik dapat berada dalam kedua bentuk
tersebut, misalnya SiO2.
Jenis ikatan yang
dominan (ionik atau kovalen) dan struktur internal (kristalin atau amorf)
mempengaruhi sifat-sifat bahan keramik. Sifat termal penting bahan keramik
adalah kapasitas panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal.
Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari
lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk
vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya
memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan. Jadi getaran-getaran
atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat maka getaran
yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu banyak pada kisi
kristalnya. Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar
atom-atom yang bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom
lain di tetangganya dan hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan
kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon bergerak dalam bahan sampai terhambur baik
oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat kristal. Keramik amorf yang mengandung
banyak cacat kristal menyebabkan fonon selalu terhambur sehingga keramik
merupakan konduktor panas yang buruk. Mekanisme hantaran panas oleh elektron,
yang dominan pada logam, tidak dominan di keramik karena elektron di keramik
sebagian besar terlokalisasi.
Contoh paling baik
penggunaan keramik untuk insulasi panas adalah pada pesawat ruang angkasa.
Hampir semua permukaan pesawat tersebut dibungkus keramik yang terbuat dari
serat silika amorf. Titik leleh aluminium adalah 660 oC. Ubin menjaga suhu
tabung pesawat yang terbuat dari Al pada atau dibawah 175 oC, walaupun
eksterior pesawat mencapau 1400 oC.
Bila cahaya mengenai
suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi, atau dipantulkan. Bahan
bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan cahaya, dan biasanya
dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau opaque. Material yang
transparan, seperti gelas, mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelas
terfrosted, disebut bahan translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan
cahaya.
Dua mekanisme penting
interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalah polarisasi elektronik dan
transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalah distorsi awan
elektron atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi,
sebagian energi dikonversikan menjadi deformasi elastik (fonon), dan
selanjutnya panas. Seperti dalam atom elektron-elektron dalam bahan berada
dalam tingkat-tingkat energi tertentu. Absorbsi energi menghasilkan perpindahan
elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Ketika elektron kembali ke
keadaan dasar disertai dengan pemancaran radiasi elektromagnetik.
Dalam padatan elektron
yang energinya tertinggi ada dalam orbital-orbital dalam pita valensi dan
orbital-orbital yang tidak terisi biasanya dalam pita konduksi. Gap antara pita
valensi dan pita konduksi disebut gap energi. Range energi cahaya tampak 1,8
sampai 3,1 eV. Bahan dengan gap energi di daerah ini akan mengabsorbsi energi
yang berhubungan. Bahan itu akan tampak transparan dan berwarna. Contohnya, gap
energi CdS sekitar 2,4 eV dan mengabsorbsi komponen cahaya biru dan violet dari
sinar tampak. Tampak bahan tersebut berwarna kuning-oranye. Bahan dengan gap
energi kurang dari 1,8 eV akan opaque, sebab semua cahaya tampak akan
diabsorbsi. Material dengan gap energi lebih besar 3,1 eV tidak akan menyerap
range sinar tampak dan akan tampak transparan dan tak berwarna. Cahaya yang
diemisikan dari transisi elektron dalam padatan disebut luminesensi. Bila
terjadi dalam selang waktu yang pendek disebut flouresensi, bila didalam selang
waktu yang lebih panjang disebut fosforisensi.
Cahaya yang
ditransmisikan dari satu medium ke medium lain, misalnya dari gelas ke air akan
mengalami pembiasan. Pembelokan cahaya ini adalah akibat perubahan kecepatan
rambat yang asal mulanya dari polarisasi elektronik. Karena polarisasi
meningkat dengan naiknya ukuran atom. Gelas yang mengandung ion-ion berat
(seperti kristal timbal) memiliki indeks bias yang lebih besar dari gelas yang
mengandung atom-atom ringan (seperti gelas soda). Hamburan cahaya internal
dalam bahan yang sebenarnya transparan mungkin dapat mengakibatkan bahan
menjadi translusen atau opaque. Hamburan semacam ini terjadi antara lain di
batas butiran, batas fasa, dan pori-pori.
Banyak aplikasi
memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas membuatnya
bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek-objek
seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan
semikonduktor seperti GaAs dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam
alat-alat elektronik. Keramik fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam
lampu-lampu listrik dan layar-layar tv. Akhirnya serat optik mentransmisikan
percakapan telepon dan data komputer yang didasarkan atas refleksi internal total
sinyal cahaya.
Keramik biasanya
material yang kuat, dan keras dan juga tahan korosi. Sifat-sifat ini bersama
dengan kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, membuat
keramik merupakan material struktural yang menarik. Aplikasi struktural keramik
maju termasuk komponen untuk mesin mobil dan struktur pesawat. Misalnya, TiC
mempunyai kekerasan 4 kali kekerasan baja. Jadi, kawat baja dalam struktur
pesawat dapat diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama hanya
dengan diameter separuhnya dan 31 persen berat. Semen dan tanah liat adalah
contoh yang lain, keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan
menghasilkan objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat
seperti alumina (Al2O3) dan silikon karbida (SiC)
digunakan sebagai abrasif untuk grinding dan polishing.
Keterbatasan utama
keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk patah tiba-tiba dengan
deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah khusus bila bahan ini
digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang
terdelokalisasi memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tetangganya tanpa semua
ikatan dalam strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi
di bawah pengaruh tekanan. Tapi, dalam keramik, karena kombinasi ikatan ion dan
kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser. Keramiknya dengan mudah
putus bila gaya yang terlalu besar diterapkan.
Faktor rapuh terjadi
bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam padatan kristalin,
retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang cleavage
(keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin
memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak
memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus
kemungkinan besar mulus penampakannya.
Kekuatan tekan penting
untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan
keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat
ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan.
Sifat listrik bahan
keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai isolator.
Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunakan
sebagai kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya
dicapai, dan oleh karena itu disebut semikonduktor. Tahun 1986, keramik jenis
baru, yakni superkonduktor temperatur kritis tinggi ditemukan. Bahan jenis ini
di bawah suhu kritisnya memiliki hambatan = 0. Akhirnya, keramik yang disebut
sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik akibat tekanan mekanik
atau sebaliknya. Sering pula digunakan bahan yang disebut dielektrik. Bahan ini
adalah isolator yang dapat dipolarisasi pada tingkat molekular. Material
semacam ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik.
Kekuatan dielektrik
bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan elektron pada tegangan
tinggi. Bila kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada arus yang
lewat. Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita
valensi ke pita konduksi. Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor,
dan mungkin disertai dengan kerusakan material karena meleleh, terbakar atau
menguap. Medan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan kerusakan itu disebut
kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai kekuatan dielektrik yang sangat
besar.Porselain misalnya sampai 160 kV/cm. Sebagian besar hantaran listrik
dalam padatan dilakukan oleh elektron. Di logam, elektron penghantar
dihamburkan oleh vibrasi termal meningkat dengan kenaikan suhu, maka hambatan
logam meningkat pula dengan kenaikan suhu.
Sebaliknya, elektron
valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi, sehingga sebagian besar
keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan
memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akan mempromosikan elektron ke pita
konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitas meningkat (hambatan menurun)
dengan kenaikan suhu.
Beberapa keramik
memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat ini merupakan
bagian bahan "canggih" yang sering digunakan sebagai sensor. Dalam
bahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya akan
menginduksi polarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut
mengubah tekanan mekanis menjadi tegangan listrik. Bahan piezoelektrik
digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada mikrofon, dan sebagainya.
Dalam bahan keramik,
muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini dapat diubah-ubah
dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar banyak aplikasi komersial, dari
sensor zat kimia sampai generator daya listrik skala besar. Salah satu
teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar. Kemampuan penghantaran ion
didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk memungkinkan anion oksigen
bergerak, sementara pada waktu yang sama tetap berupa isolator. Zirkonia, ZrO2,
yang distabilkan dengan kalsia (CaO), adalah contoh padatan ionik.
try out un online sma kelas 12
BalasHapus#terimakasih mba umi