Halaman

Minggu, 08 November 2015

Tokoh-tokoh fisika pada tahun 2400 SM – 530 M


Thales Of Miletus (624-547 SM)
            Thales adalah orang yang pertama kali mempertanyakan dasar dari alam semesta & apa isinya. Dalam pernyataan Thales munculah pertanyaan “Dari mana sajakah hal-hal yang berbeda & beragam itu dibuat?” dan jawaban atas pemikiran itupun bermacam-macam. Seperti : semua yang ada itu terbuat dari api. Ada yg menjawab tanah, air bahkan api.
            Secara historis, pertanyaan yang diungkapkan Thales pada masa itu hingga kini masih tetap sebagai permasalahan yang tentu dipertanyakan. Sebagai contohnya adalah ketika dikenal adanya proton, elektron, neutron dsb. Tetapi masih ada pertanyaan yang muncul, seperti apakah proton itu? Terbuat dari apakah elektron itu? Apakah dasar yang lebih mendasarnya lagi? Dan seterusnya.
            Pertanyaan yang secara kontinu dipertanyakan dinamakan sebgai pertanyaan yang signifikan (a significant question). Selain memulai & merumuskan pertanyaan signifikan, dedikasi lain yang disumbangkan Thales adalah pernah meramalkan terjadinya gerhana bulan. Gerhana bulan yang Thales perkirakan ternyata tepat seperti yang diterima pada masa sekarang ini, yaitu posisi bumi berada ditengah-tengah antara bulan dan matahari.
Anaksimandross (609-546 SM)
Anaksimandross merupakan  muridnya Thales yang mempercayai bahwa alam diatur oleh suatu hukum. Dia lebih percaya pada kekuatan fisis ketimbang kekuatan supernatural yang membuat keteraturan di alam. Menurutnya entitas wujud alam semesta adalan apeiron. Apeiron ini mirip dengan konsep “kehampaan atau vacuum”, sesutau yang tak jelas atau tak tentu dalam ruang dan waktu. Dia mempunyai gagasan bahwa evolusi binatang itu melalui mutasi, dan bukan melalui seleksi alam.
Anaksimenes (585-525 SM)
Anaksimenes merupakan murid dari Anaksimandros. Dia mengungkapkan bahwa udara atau angin merupakan entitas wujud alam semesta, udaralah yang mendasari segalanya sehingga dapat dikatakan bahwa panas dan dingin merupakan penyebab udara menciptakan suatu bentuk. Menurutnya bumi, matahari dan bintang adalah cakram atau piringan di atas udara.
Empedocles(490-430 SM)
Menurut pendapat dari Empedocles, entitas wujud di alam semesta terdiri atas empat unsur yaitu api, angin, air, tanah. Unsur-unsur empat tersebut tidak bisa saling tukar menukar satu sama lain.  Ada dua kekuatan atau gaya yaitu centripetal force of love dan centrifugal force of strife. Ini yang bertanggung jawab dalam interaksi unsur-usur tersebut. Teori empat unsur ini di adopsi Aristoteles dan diyakini hingga abad renaisans (pencerahan). Untuk membuktikan bahwa dia bisa abadi, dia melompat ke kawah gunung api Etna.
Leucippos (5 SM)
Menurut pendapat Leucippos di dunia ini tak ada yang terjadi secara kebetulan tanpa alasan, segalanya pasti punya tujuan. Leucippos merupakan Bapak Atomisme yang berpendapat bahwa entitas wujud adalah atom. Ada dua entitas yang invariant (karar) yaitu atom dan kehampaan. Segalasesuatu juga memiliki sifat mendasar yaitu perubahan dan gerak.
Claudius Ptolomeus
Claudius Ptolemaeus (bahasa Yunani:  Κλαύδιος Πτολεμαῖος; 90  168), adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus.
Ptolemaeus adalah pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuwan Islam dan Eropa. Yang pertama adalah risalah astronomi yang dikenal sebagai Almagest (dalam bahasa Yunani Η μεγάλη Σύνταξις ,  "Risalah Besar"). Yang kedua adalah Geographia, yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Helenistik. Yang ketiga adalah risalah astrologi dikenal sebagai Tetrabiblos ("Empat buku") dimana dia berusaha mengadaptasi astrologi horoskop ke filosofi alam Aristotelian. Ia juga melestarikan daftar raja-raja kuno, disebut "Kanon Ptolemaeus", yang penting bagi penelitian sejarah Timur Tengah.

Phytagoras
Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Pythagoras (582 SM – 496 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Phytagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan yang lebih dikenal sebagai penggagas filsafat bilangan dan juga sebagai pendiri sekolah filsafat yang bertahan hingga 200 tahun lamanya, serta berpengaruh kuat terhadap perkembangan pemikiran yunani. Pythagoras percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah yang terdapat pada bilangan yang saling berkaitan.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Selain sebagai penggagas filsafat bilangan, Pythagoras juga dikenal baik sebagai penemu hukum geometri atau teorema yang berguna untuk menentukan panjang sisi miring dalam segitiga. Dia mengemukakan suatu dalil untuk segitiga siku-siku yang mengatakan bahwa sisi miring kuadrat sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya, Konon kabarnya ia menemukan dalil itu ketika sedang mengamati ubin-ubin lantai rumah salah seorang temannya. Teorema Pythagoras ini juga menjadi inspirasi awal baik bagi Einstein dalam menyusun toeri relativitas umum maupun bagi seluruh fisika modern yang mencoba menyusun teori terpadu melalui manifestasi ruang waktu geometri.
Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Pemikiran lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah gagasan mengenai jagat raya bersifat harmoni ( cosmos ) atau tidak kacau ( chaos ). Menurutnya keharmonisan alam memiliki kesesuaian dengan harmoni pada musik. Harmoni suara musik ditentukan oleh pengaturan interval dan panjang pendeknya senar. Konsep keharmonisan suara musik ini kemudian dijadikan prinsip umum untuk menjelaskan gagasan tentang keharmonisan jagat raya, dan semua gerakan planet menyuarakan suara harmoni yang mewakili perbedaan notasi musik. Bahkan, Johannes Kepler pada permulaan spekulasinya menganggap bahwa perbedaan gerakan antar planet ditentukan oleh perbedaan oktaf yamg ada pada skala musik. Ia mengemukakan bahwa bumi itu bulat dan tidak datar, dan dia mengatakan bahwa benda bulat itu adalah bentuk yang sempurna dan mengemukakan bahwa bumi di kelilingi oleh matahari, bintang-bintang, dan planet-planet yang bergerak dengan lintasan berbenruk lingkaran tetap dan bumi sebagai sumbunya.
Suatu hari ia melewati suatu bengkel pandai besi dan mampir melihat pandai besi sedang kerja menggunakan martil. Hasil dari pengamatan itu ditemukan bahwa semakin pendek pegangan martil itu, semakin tinggi pula frekuensi nada yang dihasilkan. Dengan di ilhami olah hasil pengamatan tadi, maka ia menemukan bahwa panjangnya dawai mempunyai hubungan erat dengan nada.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus.
Dalam sejarah perkembangan fisika, khususnya mengenai studi tentang bunyi, frekuensi, panjang gelombang dan getaran, pengaruh pemikiran Pythagoras ini cukup terasa. Inilah gambaran umum mengenai kontribusi Pythagoras dalam dunia fisika.
Archimedes
Archimedes lahir di Syracusa, Italia (sekitar 287 SM-212 SM). Setelah mengenyam pendidikan di syracusa, dia mendapat kesempatan melanjutkan studinya di alexandria, saat itu kota alexandria dibawah pemerintahan suatu dinasti yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Ia murid eucledes, ayahnya seorang ahli bintang keturunan bangsawan. Pada waktu itu yang menjadi raja di Syracusa adalah Hieron II, sahabat Archimedes. Archimedes sendiri adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani.
Raja Hieron II yang berkuasa saat itu raja yang sangat kaya dan gemar akan perhiasan-perhiasan. Sehingga dia memerintahkan pandai emas untuk memuatkan mahkota, dan ternyata pandai emas ini tekenal ketidakjujurannya, sehingga raja memerintahkan archimedes sebagai ahli matematika dan fisika yang sangat terkenal saat itu untuk membuktikan apakah mahkota itu terbuat dari emas murni atau campuran.
Behari-hari dia memikiran menemukan suatu cara untuk membuktikan, kepalanya terasa panas. Kemudian dia pergi mandi dalam bak yang penuh air, sehingga air bak meluap tumpah ke lantai. Kemudian dia pulang dan berteriak kepada istrinya “ sudah kutemukan”. “sudah kutemukan”. Ia menemukan dasar dari hukum yang kemudian terkenal dengan nama “ hukum Archimedes” yang menetapkan tentang “ kehilangan berat suatu benda yang terendam di air”
Dasar pemikiran archimedes: “jika dalam sebuah tempat ada air dan air dalam keadaan tenang, maka di seluruh bagian air tekanannya sama. Kalau ada daerah yang tekanannya berbeda, maka air dari tempat yang tekanannya tinggi mengalir ke arah yang tekanannya rendah. Andaikata kedalam air dimasukkan benda, dan setelah airnya tenang kembali benda ini terapung, keadaan ini menunjukkan bahwa tekanannya manjadi sama kembali dimana-mana, juga ditempat benda itu berada. Ini berarti tekanan yang diduduki benda itu seharusnya sama dengan tekanan di bagian air yang lain atau air yang seharusnya ada disitulah yang sama dengan air yang terdesak oleh benda.”
Kemudian terbukalah kemungkinan untuk menyusun percobaan yang akan menguji benar atau tidaknya jalan pikiran itu. Dalam penyusunan percobaannya archimedes menggunakan pengetahuan tentang timbangan. Akhirnya dapat ditentukan bahwa teorinya sesuai dengan hasil percobaan yaitu: “ benda yang terapung atau terendam dalam air kehilangan berat sesuai dengan berat air yang terdesak.”
Pada masalah mekanika yang lain archimedes tentang pusat gaya berat dan teori tentang pengungkit. Ia pernah mengatakan bahwa “ berilah bumi penggantung, maka saya dapat memindahkannya.” Ia juga mengemukakan hukum paradoks hidrostatis yang menyatakan bahwa besarnya gaya tekan zat cair dalam tabung dan luas alas tabung yang ditempati air. Selain itu ia pernah mengatakan bahwa “ apabila dua buah benda yang sama beratnya, jaraknya, tetapi berlawanan tempat ditinjau dari titik kesetimbangan maka benda itu akan setimbang.”
Ia juga menemukan kerek/ bandrol berganda yang dapat digunakan untuk mengengkat benda-benda yang berat. Juga alat “ sekrup archimedes” yang dapat menaikkan air pada ketinggian tertentu, dan sekarang sudah menjadi multifungsi.
Dalam bidang optika, dia pernah membuat lensa positif yang besar. Dengan bantuan sinar matahari, maka lensa itu dapat digunakan untuk membakar kapal-kapal perang musuh ynga sedang menuju syracuse.
Dalam matematika, dia menemukan cara menentukan luas lingkaran setelah ia menentukan konstanta Ia hampir memformulasikan “ kalkulus integral” yang lebih dari 1800 tahun kemudian baru dikembangkan Issac Newton. Sehinggga dia mendapat julukan “ bapak ilmu pengetahuan alam eksperimental”. Karena mendasarkan penemuannya dari hasil eksperimen yang dilakukan. Archimedes adalah orang yang dikenal menemukan hukum apung ( hukum benda terapung ) atau lebih lazim dikenal dengan prinsip Archimedes.
Archimedes merupakan tokoh Yunani yang berupaya mengombinasikan teori dengan eksperimen, dengan sebuah prosedur yang hampir sama dengan prosedur yang ada sekarang, namun ia belum berhasil membangun sejumlah prinsip dasar fisika.
Sebagai ilmuan yang berkarakter, Archimedes diakui sebagai eksperimentalis, sang penemu dan anak alam tulen. Bukti – buktinya dapat dilihat dari hasil pencapaian Archimedes pada bidang matematika dan penemuan lain. Archimedes juga mendemonstrasikan kemampuan matematikanya, dalam usaha mencari nilai Pi secara akurat. Ia melakukannya dengan memperkirakan luas lingkaran berbagai sisi polygon, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkaran. 
Penemuan-Penemuan Archimedes dibidang fisika;
1.      Penemuan berbagai perangkat yang digunakan dalam membela Syracuse ketika dikepung oleh Roma. Ini termasuk ketapel kuat, cermin pembakaran dan sistempuli. Jika AC adalah sebuah diameter maka sudut B adalah selalu sudut siku-siku
2.      Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Ia dibunuh oleh seorang prajurit Romawi pada penjarahan kota Syracusa, meskipun ada perintah dari jendral Romawi, Marcellus bahwa ia tak boleh dilukai. Sebagian sejarahwan matematika memandang Archimedes sebagai salah satu matematikawan terbesar sejarah, mungkin bersama-sama Newton dan Gauss.


Aristoteles
Aristoteles menurut Raphael, dalam lukisan Sekolah Athena (Akademia Athena) School of Athens. Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda,  termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.
Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat. Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chacidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari  nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.

Anaxagoras (500-428 SM)
            Anaxagoras adalah ilmuwan yang berasal dari Yunani. Ia mengatakan bahwa bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan karena cahaya matahari yang dipantulkan ke bumi. Anaxagoras juga mengemukakan seperti apa yang dikatakan Thales bahwa gerhana bulan terjadi karena posisi bumi terletak diantara bulan & matahari.
            Selain gerhana bulan, Anaxagoras juga menjelaskan terjadinya gerhana matahari. Jika posisi bulan berada diantara bumi & matahari maka akan terjadilah gerhana matahari. Masih menurut Anaxagoras, bahwa matahari seperti batu yang sangat panas sedangkan bulan hanyalah seperti bumi. Namun karena pada periode ini orang-orang tidak percaya pada pendapat yang kemukakan maka Anaxagoras pun diusir dari Yunani.
            Pengetahuan lain yang diungkapkan oleh Anaxagoras adalah bahwa tidak ada benda yang ‘hilang’ atau ‘timbul’. Yang ada hanyalah perpaduan (percampuran) dan penyusunnya dari unsur-unsur asal benda tersebut. Oleh karena itu apabila terjadi perubahan pada suatu zat maka hal itu disebabkan karenanya penggabungan atau pemisahan partikel yang sangat kecil dan tidak tampak. Partikel yang ada tidak dapat diubah, hanya bentuk, rasa & baunya yang berbeda-beda.

            Berdasarkan pendapat dari Anaxagoras itulah akhirnya muncul “Hukum Kekekalan Energi”. Hukum tersebut berbunyi “Energi tidak dapat diciptakandan juga tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain ‘Jumlah energi yang dikeluarkan sama dengan jumlah energi yang dihasilkan’. Jadi perubahan bentuk suatu energy (dari bentuk yang satu kebentuk yang lain) tidak mengubah juumlah atau besar energi secara keseluruhan atau dirumuskan EM = EK + EP.”

1 komentar: